Posted by : Azka
Kamis, 20 Oktober 2016
Pertumbuhan kebudayaan di indonesia
Pertumbuhan Budaya Di Indonesia
Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua
kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia
Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan
klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan
oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang
obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam
kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian,
nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.
Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan indonesia modern.
Dia mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa
Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak
dalam kekangan dan tekanan. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa
dan karsa yang lebih sempurna.
Kebudayaan Indonesia
yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat
dibagi pula pengertiannya :
1.
Pertama,
kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk. Definisi ini
mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan
pengetahuan yang tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi
sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai
pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau
teks. Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua
hal. Pertama, apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik
bahkan paripurna. Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung,
merupakan contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah
dokumen text (Jawa termasuk sastra-sastra lisan) yang harus dijadikan pedoman
kalau kita tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa” atau
“durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah
bergeser dari text tersebut.
2.
Kedua,
kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi
kedua ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca:
terlalu sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan
dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau
kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua
ini, yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir
berbagai elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam
batas-batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama,
kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung
kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah:
membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan.
Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir
Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap
kita tidak jelas juntrungnya.
3.
Ketiga, adalah
kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk dibentuk. Ini
adalah definisi yang futuristic, yang perlu hadir dan dihadirkan oleh warga
bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan HARUS LEBIH BAIK. Inilah yang
seharusnya menjadi focus kajian serius bagi pemerhati Indonesia, wa bil khusus
para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.
Kondisi sosial budaya
Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1.
Bahasa, sampai
saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan
bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia
sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular
dalam penggunaan sehari-hari, paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah
formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien
kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.
2.
Sistem
teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika.
Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada
saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara
lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.
3.
Sistem mata
pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam
situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada
era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan
fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang
menopang perekonomian Indonesia.
4.
Organisasi
Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI,
MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
5.
Sistem
Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era
globalisasi.
6.
Religi.
Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum
bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang
berkembang di Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.
7.
Kesenian.
Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron).
Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai
pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada
tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah
tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model
Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.
8.
Sedang
menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \"Shirf\" budaya. Hal ini
mungkin dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa
berbagai budaya baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu
dan mempertahankan budaya dasar kita.